Perjalanan hidup Ir. M. Fauzi Toha putra Tulungagung murid Bpk. M. Marni Adiwiyata di
SMPN , SMAN Tulungagung, yang
telah ikut berjasa dalam mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara
men-sejahterakan dan “mendidik” khususnya warga Tulangbawang (Bandar Lampung).
Tulisan ini dikutip dan
disalin dari Buku 100 Tokoh Terkemuka
Lampung hal. 229 – 232 dan telah mendapat izin dari beliau Ir. M. Fauzi
Toha tgl. 7 Juli 2013
`KETELADANAN DARI
KEBUN GULA
Semua bermula tahun 1976, Tulangbawang (dulu bagian dari
Lampung Tengah) masih hutan. Pabrik gula
PT. Gunung Madu Plantation menugaskan
Ir. M. Fauzi Toha ke daerah yang teramat baru baginya itu. Ijazah Insitut
Pertanian Bogor yang dipegangnya masih hangat. Fauzi muda baru lulus kuliah,
melamar kerja dan langsung diterjunkan ke rimba di pedalaman Lampung.
Tapi baginya itu bukan persoalan.
Sejak kecil etos kerja keras, kesantunan dan nilai-nilai keagamaan menjadi
tonggaknya mengarungi hidup. Sejak Sekolah Menengah, Fauzi terbiasa kerja
serabutan dan menguasai banyak “ilmu hidup” termasuk belasan jam sehari
membatik , lalu memasarkannya. Belasan tahun pula ia jalani dengan tiga
rutinitas : Sekolah, membatik malamnya
mengaji, sambil belajar mencari nafkah. Maka penugasan ke pedalaman Lampung
saat itu diterimanya dengan kenyakinan tinggi. “Didikan orang tua sangat
mewarnai perjalanan hidup saya”, kata Fauzi.
Kesarjanaannya di bidang teknologi
pertanian untuk sementara masuk saku dahulu. Pabrik belum apa-apa. Yang ada
baru land
clearing. Jalan raya
Terbanggibesar masih berupa jalan kasar peninggalan Belanda. Suasana sepi
sangat menggigit. Suara hewan liar menjadi keseharian.
Mulailah Fauzi bergaul dengan para
buruh dan pekerja yang lebih dahulu hadir. Modalnya Cuma satu : Dia senantiasa berkromo-inggil dengan para buruh dan pekerja kasar.
Secara cultural, bahasa Jawa halus yang dia pakai justru membuat lawan
bicaranya kian merunduk; hatipun terbeli. Maka langkah berikut menjadi mudah. “Tidak
ada yang rumit ketimbang mengelola sumber daya manusia “ kata dia.
Kerja berikut tinggal masalah-masalah
teknik, kendali tingkat kesulitan di lapangan berbeda-beda. Meskipun demikian
ada yang membuat bisnis perkebunan menjadi penuh komplikasi gawat. Pembebasab
lahan. Resistensi di masyarakat menyeruak. Di banyak aspek, hadirnya pihak
ketiga yang menunggangi membuat tensi masalah makin tinggi.
“Saya
senang menerima pekerjaan yang orang lain enggan menerimanya, seperti
pembebasan lahan,” kata
ayah tiga putra/putri ini. Job penuh resiko, tanpa bonus, tanpa pertanggungan
apapun, dilaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
Tidak pelak kariernya mulai naik.
Dalam dua tahun, banyak seniornya “berubah posisi” menjadi anak buahnya.
Perusahaan dengan manajemen yang menghargai prestasi (merit
system) ini menjadikan
performa karyawan sebagai ukuran dasar. Akuntabilitas yang diberikan dari
system penilaian yang dibangun sudah jelas; pekerjaanpun terasa ringan. Maka
hampir tiap tahun Fauzi mendapat promosi.
“Awalnya
saya tidak berharap lama-lama bekerja di-perusahaan tersebut, kendati kerja sungguh-sungguh
dan tak mengenal waktu memang sudah menjadi kebiasaan. Namun, ragam persoalan
yang saya selesaikan membuat saya tetap diperlukan perusahaan,” kata pelopor pergulaan Lampung ini.
Cukup 3 tahun 6 bulan status manajer sudah dia sandang dan menjadi manajer
departemen pada tahun 1982.
Saat itu perusahaan tempatnya bekerja
dimiliki konglomerat gula asal Malaysia, Robert Kwok (45%) dan keluarga
Presiden (waktu itu) Soeharto. Dalam perjalanan, Kwok menjual saham ke Anthony
Salim. Sayang, perusahaan merugi setelah dipegang Anthony. Tahun 1992, taipan
Liem Sioe Liong orang tua Anthony, bertemu Kwok dan meminta perusahaan
diselamatkan. Tapi prosesnya tidak mulus. Keluarga Cendana keberatan.
“Namun, jika dua taipan China bertemu
dan bersalaman, itulah hukum tertinggi dalam berbisnis dengan para
konglomerat,” kata Fauzi. Maka bisnis dan merger tetap dilanjutkan tanpa nota
kesepahaman (MoU) atau segala bentuk perjanjian tertulis lainnya.
Rencana merger ini memang terlalu
cepat. Sebagai orang yang diamanatkan, Fauzi bergerak cepat. Perluasan kebun dikebut. “Target 6.000 hektare per tahun, saya gandakan menjadi
12.000 hektare setahun atau seribu hektare saban bulan,” kata Fauzi.
Di satu sisi ada kelompok yang
menguasai dengan cara menjarah lahan, di sisi lain ada pula karyawan yang
terlibat penjarahan itu. Ketegasan Fauzi diuji : Pemecatan dilakukan
bergelombang untuk menimbulkan efek jera. Tidak ada ampun. Pemecatan juga
dilakukan bagi karyawan yang terlibat pencurian dan perzinahan. “Apa jadinya
kita, dengan tempat seperti ini, jika ada yang menoleransi perbuatan-perbuatan
tercela seperti itu. Ini bukan kebun binatang,” kata dia.
Dalam 18 bulan, persoalan tanah bisa
diselesaikan. Dalam setahun, perusahaan yang didera kerugian itupun
terselamatkan.
Resepnya, Fauzi memaksimalkan
karyawan sendiri. Fauzi meyakinkan bahwa perusahaan maju maka karyawan pun akan
maju. Dengan persuasi selama ini, seluruh karyawan yang terserak dalam banyak
divisi disatukan. “Saya seperti menyatukan lidi-lidi. Dengan bersatu justru kita
kuat. Saya sebagai pimpinan merasa seperti harimau yang melindungi anak-anaknya
dengan beragam cara,” kata pengajar di pascasarjana IPB dan LPPM Jakarta ini.
Untuk mengantisipasi aksi-aksi
kekerasan yang kerap mengiringi pembebasan lahan, Perguruan Silat Merpati Putih
didatangkan. Seluruh karyawan berlatih. Dalam apel besar, Fauzi memeragakan
kemampuannya mematahkan pipa-pipa besi dengan tangan kosong. “ Sekedar untuk
menumbuhkan semangat dan keyakinan anak-anak,” kata dia.
Tahun 1994, PT Sweet Indo Lampung
(SIL) berdiri. Setahun berikutnya berdirilah Indo Lampung Perkasa (ILP). Fauzi
memperkuat pabrik baru tersebut. Lalu diikuti pendirian PT Gula Putih Mataram
dan PT Indo Lampung Distillery. Kelak, dari sinilah kemudian lahir bio-etanol
dengan bahan dasar tetes tebu. Produksi bio-etanol nya telah diuji coba di
kendaraan dengan campuran sampai 85% etanol dan hanya 15% premium.
Dalam perjalanan selanjutnya, terjadi
peralihan kepemilikan ke Garuda Panca Artha dan menjadi Sugar Group Companies
(SGC). SGC kemudian menjadi perusahaan
gula yang terintegrasi serta terbesar dan terefisien di dunia.
“Saya heran kenapa susah sekali
berbisnis perkebunan di negara ini, banyak sekali ganggunannya. Amat berbeda
dengan bisnis pertambangan : Keduk ,
Angkut , Tinggalkan. Demikian pula dengan penguasaan hutan. Cukup dengan
selembar HPH (Hak Pengusahaan Hutan), pohon-pohon ditebangi lalu sering
ditinggalkan,” kata dia. Dia mengilustrasikan diperlukan 10 tahun untuk
menghasilkan varietas tebu terbaik. Dari 150 ribu persilangan, belum tentu bisa
dihasilkan satu yang bagus.
Sekarang, Fauzi memang sudah dipuncak
karier. Namun, itu bukan sepetak jalan lurus yang tinggal ditapaki. Fauzi yang
amat dihormati 50 ribuan karyawannya, termasuk 50 ribuan lagi karyawan tidak
tetap, memulai semua dari bawah dengan kompetensi dalam setiap unit yang dia
pimpin.
Sampai kini pun dia tetap menguasai penanaman,
budi daya, sampai panen dan produksi ; mulai kedalaman pembajakan , pembibitan,
pemupukan, pemahaman terhadap cuaca, sampai proses pascapanen. “Jika curah
hujan seperti ini, saya tahu dosis pengolahan yang mesti dilakukan,” kata dia.
Kuncinya adalah totalitas. Puluhan
tahun sudah Fauzi memilih tinggal di site, di kebun. Beberapa rumahnya di
Bandar Lampung hanya dikontrakkan. Rumahnya yang di Jakarta hanya sesekali
disambangi saat bertugas ataupun ketika mengajar. Dia full mengabdikan hidupnya buat
pengembangan per-gula-an.
Nama : M. Fauzi Toha
Lahir :
Tulungagung, 11 April 1950
Agama :
Islam
Alamat : Jl.
Pinguin VII CK3 Sektor III, Bintaro, Jakarta Selatan
Ayah : H. M. Thoha Sofwan
Ibu : Hj. Chrisny
Istri : Hj.
Agustina Fauzi
Anak :
1.
M. Ridho Ficardo
S. Pi., M.Si.
2.
Silvy Noviana
S.E.
3.
Gita Farina S.Si.
Saudara Kandung :
1.
Hj. Sulistyowati
2.
H. A. Fuad
3.
Drg. Hj. Farida
Msi
4.
Ir. H. M. Nuriman
5.
Dr. Ir. Nurianna
MBA
Pendidikan :
-
SD Negeri 3 Tulungagung , 1962
-
SMP Negeri 1 Tulungagung, 1965
-
SMA Negeri 1 Tulungagung, 1968
-
Insitut Pertanian
Bogor (Program Studi 6 Tahun), 1976
Karier :
-
Plantation Manager
PT. Gunung Madu Plantation, 1976 – 1993
-
Deputy General
Manager PT. Sweet Indo Lampung, 1994 – 1997
-
Deputy General
Manager PT. Indo Lampung Perkasa
-
Technical Manager
PT. Tiara Adi Kencana, 1997 – 2002
-
Technical Manager
PT. Kerry Plt. Service Indonesia
-
Director PT.
Tidar Sungkai Sawit
-
Director PT.
Mustika Senbuluh
-
Site Director
Sugar Group Companies (PT. Gula Putih Mataram, PT. Sweet Indo Lampung, PT. Indo
Lampung Perkasa, PT. Indo Lampung Distillery), 2002 – sekarang
Alamat
rumah :
Perumahan Gula Putih Mataram
Blok A no. 3 Seputih Mataram, Lampung
Tengah
Alamat
kantor :
-
Jalan Cut Mutia
no. 58 Bandar Lampung
-
Wisma GKBI Lt.
V Jl. Jend. Sudirman no. 28
Jakarta
H o b
i : Olahraga (tenis , jogging)
Moto
hidup : Bekerja itu
ibadah, Berhenti adalh mati, Mensyukuri nikmat Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar