Selasa, 09 Juli 2013

50 TAHUN SUDAH, KITA PERNAH MENIMBA ILMU DISINI

Gedung SMPN  I T.Agung telah berubah "wajah"
Lima puluh tahun yg lalu kita tepatnya tgl. 1 Agustus 1962
unt. pertama kalinya kita menginjakkan kaki disini sbg murid SMPN I.
Hari ini Minggu tgl. 30 Juni 2013 kita menapakkan kaki disini lagi.
 

 Ruang Resepsionis


 Salah satu Penghargaan yg dicapai SMPN  I  T.Agung

 Ketua Panitia Reuni Sumarsono sdg menyapa Para Hadirin

 Bpk. Sukardjo mantan Guru Goneometri mewakili 
sesama mantan Guru memberkan Kesan - Pesan

 Kiri : Ibu Yaumi mantan guru Bhs.Ind. kita di SMPN I  T.Agung
Tengah : Ibu Haryono (Isteri alm. bpk. Haryono mantan Kep.Sek  ke II )
Kanan : Ibu Belliyatie mantan guru Kimia kita di SMAN T.Agung

 Teman kita Muharini sedang menyapa Ibu Yaumi.
Kita sangat bahagia & bangga salah satu putri nya menjadi
pendidik sekaligus sbg Wakil Kepala Sekolah di SMPN I  T.Agung

Bpk. Nurhadi mantan Guru SMAN  menyapa Mantan guru SMPN

 Wakil Kepala SMPN I  Ibu Leny Agustina dgn
salah satu Panitia Reuni sedang serius.

 Ibu Bellyatie mantan guru Kimia sedang berpose
dgn Sumrsono mantan murid nya di SMAN T.Agung

 Mantan Guru dan Mantan Murid yg sekarang mempunyai
"gelar" sama yaitu menjadi Nenek / Kakek.

 Foto bersama bagaikan remaja masa kini.

 Biarpun telah menyandang gelar Kakek / Nenek minat
untuk bernyanyi tdk lah surut.


 
50 tahun tidak bertemu tetapi tetap kompak dgn lagu-2
tahun 60 - an




Senin, 08 Juli 2013

KETELADANAN DARI KEBUN GULA


Perjalanan hidup Ir. M. Fauzi Toha putra Tulungagung murid Bpk. M. Marni Adiwiyata di SMPN , SMAN Tulungagung, yang telah ikut berjasa dalam mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara men-sejahterakan dan “mendidik” khususnya warga Tulangbawang (Bandar Lampung).
Tulisan ini dikutip dan disalin dari Buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung hal. 229 – 232 dan telah mendapat izin dari beliau Ir. M. Fauzi Toha tgl. 7 Juli 2013



`KETELADANAN  DARI  KEBUN  GULA
Semua bermula tahun 1976, Tulangbawang (dulu bagian dari Lampung Tengah) masih hutan.  Pabrik gula PT. Gunung Madu Plantation  menugaskan Ir. M. Fauzi Toha ke daerah yang teramat baru baginya itu. Ijazah Insitut Pertanian Bogor yang dipegangnya masih hangat. Fauzi muda baru lulus kuliah, melamar kerja dan langsung diterjunkan ke rimba di pedalaman Lampung.
Tapi baginya itu bukan persoalan. Sejak kecil etos kerja keras, kesantunan dan nilai-nilai keagamaan menjadi tonggaknya mengarungi hidup. Sejak Sekolah Menengah, Fauzi terbiasa kerja serabutan dan menguasai banyak “ilmu hidup” termasuk belasan jam sehari membatik , lalu memasarkannya. Belasan tahun pula ia jalani dengan tiga rutinitas :  Sekolah, membatik malamnya mengaji, sambil belajar mencari nafkah. Maka penugasan ke pedalaman Lampung saat itu diterimanya dengan kenyakinan tinggi. “Didikan orang tua sangat mewarnai perjalanan hidup saya”, kata Fauzi.
Kesarjanaannya di bidang teknologi pertanian untuk sementara masuk saku dahulu. Pabrik belum apa-apa. Yang ada baru land clearing. Jalan raya Terbanggibesar masih berupa jalan kasar peninggalan Belanda. Suasana sepi sangat menggigit. Suara hewan liar menjadi keseharian.
Mulailah Fauzi bergaul dengan para buruh dan pekerja yang lebih dahulu hadir. Modalnya Cuma satu : Dia senantiasa berkromo-inggil dengan para buruh dan pekerja kasar. Secara cultural, bahasa Jawa halus yang dia pakai justru membuat lawan bicaranya kian merunduk; hatipun terbeli. Maka langkah berikut menjadi mudah. “Tidak ada yang rumit ketimbang mengelola sumber daya manusia “ kata dia.
Kerja berikut tinggal masalah-masalah teknik, kendali tingkat kesulitan di lapangan berbeda-beda. Meskipun demikian ada yang membuat bisnis perkebunan menjadi penuh komplikasi gawat. Pembebasab lahan. Resistensi di masyarakat menyeruak. Di banyak aspek, hadirnya pihak ketiga yang menunggangi membuat tensi masalah makin tinggi.
“Saya senang menerima pekerjaan yang orang lain enggan menerimanya, seperti pembebasan lahan,” kata ayah tiga putra/putri ini. Job penuh resiko, tanpa bonus, tanpa pertanggungan apapun, dilaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
Tidak pelak kariernya mulai naik. Dalam dua tahun, banyak seniornya “berubah posisi” menjadi anak buahnya. Perusahaan dengan manajemen yang menghargai prestasi (merit system) ini menjadikan performa karyawan sebagai ukuran dasar. Akuntabilitas yang diberikan dari system penilaian yang dibangun sudah jelas; pekerjaanpun terasa ringan. Maka hampir tiap tahun Fauzi mendapat promosi.
“Awalnya saya tidak berharap lama-lama bekerja di-perusahaan tersebut, kendati kerja sungguh-sungguh dan tak mengenal waktu memang sudah menjadi kebiasaan. Namun, ragam persoalan yang saya selesaikan membuat saya tetap diperlukan perusahaan,” kata pelopor pergulaan Lampung ini. Cukup 3 tahun 6 bulan status manajer sudah dia sandang dan menjadi manajer departemen pada tahun 1982.
Saat itu perusahaan tempatnya bekerja dimiliki konglomerat gula asal Malaysia, Robert Kwok (45%) dan keluarga Presiden (waktu itu) Soeharto. Dalam perjalanan, Kwok menjual saham ke Anthony Salim. Sayang, perusahaan merugi setelah dipegang Anthony. Tahun 1992, taipan Liem Sioe Liong orang tua Anthony, bertemu Kwok dan meminta perusahaan diselamatkan. Tapi prosesnya tidak mulus. Keluarga Cendana keberatan.
“Namun, jika dua taipan China bertemu dan bersalaman, itulah hukum tertinggi dalam berbisnis dengan para konglomerat,” kata Fauzi. Maka bisnis dan merger tetap dilanjutkan tanpa nota kesepahaman (MoU) atau segala bentuk perjanjian tertulis lainnya.
Rencana merger ini memang terlalu cepat. Sebagai orang yang diamanatkan, Fauzi bergerak cepat.  Perluasan kebun dikebut. “Target 6.000  hektare per tahun, saya gandakan menjadi 12.000 hektare setahun atau seribu hektare saban bulan,” kata Fauzi.
Di satu sisi ada kelompok yang menguasai dengan cara menjarah lahan, di sisi lain ada pula karyawan yang terlibat penjarahan itu. Ketegasan Fauzi diuji : Pemecatan dilakukan bergelombang untuk menimbulkan efek jera. Tidak ada ampun. Pemecatan juga dilakukan bagi karyawan yang terlibat pencurian dan perzinahan. “Apa jadinya kita, dengan tempat seperti ini, jika ada yang menoleransi perbuatan-perbuatan tercela seperti itu. Ini bukan kebun binatang,” kata dia.
Dalam 18 bulan, persoalan tanah bisa diselesaikan. Dalam setahun, perusahaan yang didera kerugian itupun terselamatkan.
Resepnya, Fauzi memaksimalkan karyawan sendiri. Fauzi meyakinkan bahwa perusahaan maju maka karyawan pun akan maju. Dengan persuasi selama ini, seluruh karyawan yang terserak dalam banyak divisi disatukan. “Saya seperti menyatukan lidi-lidi. Dengan bersatu justru kita kuat. Saya sebagai pimpinan merasa seperti harimau yang melindungi anak-anaknya dengan beragam cara,” kata pengajar di pascasarjana IPB dan LPPM Jakarta ini.
Untuk mengantisipasi aksi-aksi kekerasan yang kerap mengiringi pembebasan lahan, Perguruan Silat Merpati Putih didatangkan. Seluruh karyawan berlatih. Dalam apel besar, Fauzi memeragakan kemampuannya mematahkan pipa-pipa besi dengan tangan kosong. “ Sekedar untuk menumbuhkan semangat dan keyakinan anak-anak,” kata dia.
Tahun 1994, PT Sweet Indo Lampung (SIL) berdiri. Setahun berikutnya berdirilah Indo Lampung Perkasa (ILP). Fauzi memperkuat pabrik baru tersebut. Lalu diikuti pendirian PT Gula Putih Mataram dan PT Indo Lampung Distillery. Kelak, dari sinilah kemudian lahir bio-etanol dengan bahan dasar tetes tebu. Produksi bio-etanol nya telah diuji coba di kendaraan dengan campuran sampai 85% etanol dan hanya 15% premium.
Dalam perjalanan selanjutnya, terjadi peralihan kepemilikan ke Garuda Panca Artha dan menjadi Sugar Group Companies (SGC).  SGC kemudian menjadi perusahaan gula yang terintegrasi serta terbesar dan terefisien di dunia.
“Saya heran kenapa susah sekali berbisnis perkebunan di negara ini, banyak sekali ganggunannya. Amat berbeda dengan bisnis pertambangan  : Keduk , Angkut , Tinggalkan. Demikian pula dengan penguasaan hutan. Cukup dengan selembar HPH (Hak Pengusahaan Hutan), pohon-pohon ditebangi lalu sering ditinggalkan,” kata dia. Dia mengilustrasikan diperlukan 10 tahun untuk menghasilkan varietas tebu terbaik. Dari 150 ribu persilangan, belum tentu bisa dihasilkan satu yang bagus.
Sekarang, Fauzi memang sudah dipuncak karier. Namun, itu bukan sepetak jalan lurus yang tinggal ditapaki. Fauzi yang amat dihormati 50 ribuan karyawannya, termasuk 50 ribuan lagi karyawan tidak tetap, memulai semua dari bawah dengan kompetensi dalam setiap unit yang dia pimpin.
Sampai kini pun dia tetap menguasai penanaman, budi daya, sampai panen dan produksi ; mulai kedalaman pembajakan , pembibitan, pemupukan, pemahaman terhadap cuaca, sampai proses pascapanen. “Jika curah hujan seperti ini, saya tahu dosis pengolahan yang mesti dilakukan,” kata dia.
Kuncinya adalah totalitas. Puluhan tahun sudah Fauzi memilih tinggal di site, di kebun. Beberapa rumahnya di Bandar Lampung hanya dikontrakkan. Rumahnya yang di Jakarta hanya sesekali disambangi saat bertugas ataupun ketika mengajar. Dia full mengabdikan hidupnya buat pengembangan per-gula-an.


Nama       :  M. Fauzi Toha
Lahir        :  Tulungagung, 11 April 1950
Agama     :  Islam
Alamat     :  Jl. Pinguin VII CK3 Sektor III, Bintaro, Jakarta Selatan
Ayah        :  H. M. Thoha Sofwan
Ibu           :  Hj. Chrisny
Istri           :  Hj. Agustina Fauzi
Anak  :
1.      M. Ridho Ficardo S. Pi., M.Si.
2.      Silvy Noviana S.E.
3.      Gita Farina S.Si.
Saudara Kandung :
1.      Hj. Sulistyowati
2.      H. A. Fuad
3.      Drg. Hj. Farida Msi
4.      Ir. H. M. Nuriman
5.      Dr. Ir. Nurianna MBA
Pendidikan  :
-          SD Negeri 3  Tulungagung , 1962
-          SMP Negeri 1  Tulungagung, 1965
-          SMA Negeri 1  Tulungagung, 1968
-          Insitut Pertanian Bogor (Program Studi 6 Tahun), 1976
Karier  :
-          Plantation Manager PT. Gunung Madu Plantation, 1976 – 1993
-          Deputy General Manager PT. Sweet Indo Lampung, 1994 – 1997
-          Deputy General Manager PT. Indo Lampung Perkasa
-          Technical Manager PT. Tiara Adi Kencana, 1997 – 2002
-          Technical Manager PT. Kerry Plt. Service Indonesia
-          Director PT. Tidar Sungkai Sawit
-          Director PT. Mustika Senbuluh
-          Site Director Sugar Group Companies (PT. Gula Putih Mataram, PT. Sweet Indo Lampung, PT. Indo Lampung Perkasa, PT. Indo Lampung Distillery), 2002 – sekarang


Alamat rumah  :
Perumahan Gula Putih Mataram Blok A no. 3   Seputih Mataram, Lampung Tengah

Alamat kantor  :
-          Jalan Cut Mutia no. 58  Bandar Lampung
-          Wisma GKBI Lt. V  Jl. Jend. Sudirman  no. 28  Jakarta

H o b i  :  Olahraga (tenis , jogging)

Moto hidup  :  Bekerja itu ibadah,  Berhenti adalh mati,  Mensyukuri nikmat Allah